Perbedaan ibadah dan ‘ubudiyyah

Seringkali kita mendengar istilah ibadah dan istilah ‘ubudiyyah,namun tak jarang juga kita mengetahui apa letak perbedaan antara keduanya dalam sisi yang lebih dalam.

Artikel ini masih ada kaitannya dengan artikel sebelumnya yaitu artikel yang menerangkan derajat-derajat ibadah.

Ulama ahli tahqiiq membedakan antara istilah ibadah dan ‘ubudiyah seperti yang dinukil dari tafsir rozi.

-Ibadah

Jika seorang hamba menyembah Alloh SWT dengan tujuan mengarapkan pahala seperti halnya mengharapkan syurga atau karena takut terhadap siksaNya seperti takut terhadap neraka,atau karena mengharapkan derajat kemuliaan dengan ibadahnya,maka sikap seperti inilah yang dinamakan dengan ibadah.Dan derajat ini merupak serendah-rendahnya ibadah seperti apa yang telah dituliskan diartikel sebelumnya dikarenakan pada hakikatnya yang ia tuju bukanlah Alloh SWT,namun pahala atau kemulian tanpa diiringi dengan kesadaran diri bahwa ia seorang hamba.Dan yang dipandang oleh hamba seperti ini hanyalah sebuah keuntungan dan kerugian.

-‘Ubudiyyah

Seorang  hamba menyembah Alloh SWT karena memandang Alloh SWT berstatus sebagai Tuhan dan pencipta,dan menyadari bahwa dirinya  berstatus sebagai hamba.Ketika seorang hamba sudah menyadari bahwa dirinya seorang hamba dan Alloh SWT adalah tuhan maka dalam proses ibadahnya dia sudah tidak memikirkan apa itu pahala apa itu siksa dan lain sebagainya.Bahkan dia tidak lagi peduli dengan pahala dan siksa,namun yang ia fikirkan yaitu bahwa dia adalah seorang hamba dan Alloh SWT adalah  tuhannya dan ibadah seperti sholat itu sebuah perintah dari tuhan yang wajib dijalankan olehnya,sedangkan masalah pahala atau siksa itu bukan urusan dia melainkan urusan Alloh SWT.

Adapun pahala ibadah yang diterangkan oleh hadits-hadits yang menerangkan fadilah ibadah oleh si hamba tersebut hanya dijadikan sebuah motivasi dalam ibadahnya,namun tidak dijadikannya sebuah tujuan.

Dalam derajat ini si hamba benar-benar memposisikan ibadah itu karena Alloh,murni karena sifat ketuhanan Alloh,tidak melibatkan tujuan apapun selain Alloh seperti melibatkan tujuan menginginkan pahala.Jadi benar-benar murni karena Alloh tanpa ada faktor makhluk apapun,karena yang lebih ditekankan oleh dirinya yaitu kesadaran diri kehambaannya dan adabiyyah kehambaannya.

Wallohu A’lam

والدرجة الثالثة: أن يعبد الله لكونه إلهًا وخالقًا، ولكونه عبدًا له، والإلهية توجب الهيبة والعزة، والعبودية توجب الخضوع والذلة، وهذا أعلى المقامات وأشرف الدرجات، وهذا هو المسمى بالعبودية، وإليه الإشارة بقول المصلي في أول الصلاة أصلي لله، فإنه لو قال أصلي لثواب الله، أو للهرب من عقابه فسدت صلاته.

ثم قال أهل التحقيق: العبادة لها ثلاث درجات: الدرجة الأولى: أن يعبد الله طمعًا في الثواب أو هربًا من العقاب، وهذا هو المسمى بالعبادة، وهذه الدرجة نازلة ساقطة جدًا، لأن معبوده في الحقيقة هو ذلك الثواب، وقد جعل الحق وسيلة إلى نيل المطلوب، ومن جعل المطلوب بالذات شيئًا من أحوال الخلق وجعل الحق وسيلة إليه فهو خسيس جدًا.
والدرجة الثانية: أن يعبد الله لأجل أن يتشرف بعبادته، أو يتشرف بقبول تكاليفه، أو يتشرف بالانتساب إليه، وهذه الدرجة أعلى من الأولى، إلا أنها أيضًا ليست كاملة، لأن المقصود بالذات غير الله.
والدرجة الثالثة: أن يعبد الله لكونه إلهًا وخالقًا، ولكونه عبدًا له، والإلهية توجب الهيبة والعزة، والعبودية توجب الخضوع والذلة، وهذا أعلى المقامات وأشرف الدرجات، وهذا هو المسمى بالعبودية، وإليه الإشارة بقول المصلي في أول الصلاة أصلي لله، فإنه لو قال أصلي لثواب الله، أو للهرب من عقابه فسدت صلاته.

التفسير  الرازي