Mubtada lebih dari satu dengan khobar tunggal

Assalamu’alaikum.wr.wb

Bismillah salam sejahtera kepada para pembaca setia,semoga dalam lindunganNya selalu.

Terakhir kali kami menulis pembahasan artikel yang membahas tentang masalah pengi’roban dhorof ketika berstatus menjadi khobar,mudah-mudahan kita semua diberi kemudahan dalam memahaminya.

Untuk kali ini kami akan mencoba menulis artikel kembali yaitu artikel yang membahas Mubatada lebih dari satu yang mempunyai satu khobar.

Khobar lebih dari satu itu biasa,mubtada lebih dari satu itu baru luar biasa.

Untuk mubtada jenis ini tergolong langka dan memang tidak boleh diqiyaskan dengan yang lainnya , ulama nahwu membuat contoh untuk mubtada lebih dari satu ini hanya tujuannya hanya untuk  menguji saja oleh karena itu tidak sah diqiyaskan  dengan yang lainnya,dan kami disini menulis cuma sekedar untuk wawasan saja karena memang faktanya tidak ada sama sekali konteks seperti ini dalam praktek pembacaan kitab atau dalam percakapan arab seperti apa yang telah dikemukakan oleh imam syuyuthi.

Baiklah kita mulai pembahasannya…..

Satu khobar untuk beberapa mubtada akan tercipta hanya dengan 2 bentuk seperti contoh dibawah ini;

1)

صالح، محمود هند، مكرمته من أجله

Pada contoh diatas terdapat beberapa mubtada berupa lafad صالح، محمود هند.Disamping itu mubtada-mubtada tersebut tidak mempunyai robit atau dhomir yang kembali pada lafad sebelumnya.Dan robit baru ada pada khobarnya mubtada yang terahir(yaitu lafad مكرمته yang merupakan khobar dari mubtada ahir yaitu lafad هند).

Nah untuk cara pemarji’an dhomir yaitu dirujukkan pada mubtada yang terdekat sebelum lafad yang dikhobari yaitu lafad محمود kemudian lafad صالح,karena memang hukum qiyasnya pengembalian dhomir itu pada lafad yang terdekat dulu.

Kurang lebih begini rinciannya ;

Lafad مكرمته menjadi khobar bagi lafad هند dan dhomir yang terkandung pada lafad مكرمته berupa dhomir hu dikembalikan pada mubtada terdekat sebelum lafad hindun yaitu lafad محمود.

Kemuadian dhomir yang dikandung oleh lafad أجله dikembalikan pada lafad صالح.

Jika diterkib menggunakan makna pesantren kurang lebih seperti ini

Utawi sholih utawi Mahmud utawi hindun iku mukrimatuhu olehe mulyakaakene hindun ing mahdud min ajlihi kerono arahe sholih

.

Maka murodnya menjadi seperti ini

محمود هند مكرمته من أجل صالح،  atauهند مكرمة محمود من أجل صالح

Hindun memuliakan mahmud karena sholih.

2)

Contoh yang kedua ;

محمد، عمه، خاله، أخوه قائم

Pada contoh diatas terdapat beberapa mubtada dan mubtada yang awal tidak mempunyai dhomir sedangkan mubtada yang lainnya mempunyai dhomir yang kembali kepada mubtada sebelumnya.

Rincian pengembalian dhomir kurang lebih seperti ini seperti apa ynag telah dikatakan diatas bahwa hukum qiyasnya pengembalian dhomir itu pada lafad yang terdekat dulu.

Dhomir yang ada pada lafad  عمه  dikembalikan pada lafad  محمد

Dhomir yang ada pada lafad خاله  dikembalikan pada lafad عمه 

Dhomir yang ada pada lafad  أخوه dikembalikan pada lafad  خاله

Maka murodnya kurang lebih seperti ini

أخوخال عم محمد – قائم

Saudara laki-dari pamanya(arah ibu)pamannya(arah ayah)Muhammad itu berdiri.

Sobat bakulnahwu itulah sedikit keterangan masalah contoh bagi mubtada lebih dari satu yang mempunyai satu khobar.Mudah-mudahan sobat bakul nahwu dapat memahaminya dan bisa bermanfaat.Jika ada kesalahan baik dalam penulisan atau keterangan yang tidak pas kami mohon dimaafkan.

Sekian dan wassalam.

Mohon subscribenya bosss!!!!

Untuk refrensi dari keterangan diatas bisa dilihat dibawah ini.

ب” قد يتعدد المبتدأ. وأكثر ما يكون ذلك فى صورتين: يحسَن عدم القياس عليهما فى الأساليب الأدبية والعلمية التى تقتضى وضوحاً ودقة؛ لأنهما صورتان فيهما تكلف ظاهر، وثقل جلىّ. وقيل إنهما موضوعتان1 فلا يصح القياس عليهما.

الأولى: صالح، محمود هند، مكرمته من أجله، حيث تعددت المبتدءات متوالية، مع خلوكل منها من إضافته لضمير ما قبله. ثم جاءت الروابط كلها متوالية بعد خبر المبتدأ الأخير. ولإرجاع كل ضمير إلى المبتدأ الذى يناسبه نتبع ما يأتى:
1- أن يكون أول خبر لآخر مبتدأ، ويكون الضمير البارز فى هذا الخبر راجعاً إلى أقرب مبتدأ قبل ذلك المبتدأ الذى أخبر عنه بأول خبر.
2- ثم يكون الضمير البارز الثانى للمبتدأ الذى قبل ذلك. وهكذا  فترتب الضمائر مع المبتدءات ترتيباً عكسيّاً. ففى المثال السابق نعرب كلمة “مكرمته” خبراً عن “هند”، والضمير الذى فى آخر: “مكرمته” وهوالهاء يعود إلى: “محمو”، والضمير الذى فى آخر: “مكرمته” وهوالهاء يعود إلى: “محمود”، والضمير الذى فى آخر: “أجله”، وهو: الهاء أيضاً يعود إلى: “صالح”، ويكون المراد: محمود هند مكرمته من أجل صالح، أو؛ هند مكرمة محمود من أجل صالح. وذلك بوضع الاسم الظاهر مكان الضمير العائد إليه.
الثانية: فى مثل محمد، عمه، خاله، أخوه قائم، حيث تعددت المبتدءات وكان الأول منها مجرداً من إضافته للضمير. أما كل مبتدأ آخر فمضاف إلى ضمير المبتدأ الى قبله. فمعنى الجملة السابقة، أخوخال عم محمد – قائم – فنضع مكان كل ضمير الاسم الظاهر الذى يفسر ذلك الضمير العائد عليه.
وفى الأمثلة السابقة للصورتين ما ينهض دليلا على أن استعمال هذه الأساليب معيب، والفرار منها مطلوب1.

النحو الوافي