Bab Fa’il ;part 1

BAB MARFU’ATIL ASMA

-FAIL

Tanpa kita sadari ternyata pembahasan kita sudah menginjak pada bab marfu’atil asma,itu menandakan kita seharusnya sudah bisa memahami bab-bab sebelumnya hususnya bab kalam dan irob(alama irob).

Karena tanpa kita faham dengan kedua bab tersebut kemungkinan besar kita akan sukit untuk memahami bab-bab yang lain seperti bab fail .Sebagai contoh fail itu merupakan isim yang dibaca rofa,ada dua titik inti disana yaitu “isim”dan”rofa”,bagai mana kita akan bisa memahami fail itu apa kalau kita belum faham apa itu isim?apa itu tandanya isim?apa itu rofa?apa tandanya rofa?,tentu pasti akan sulit.

Guru kami Alm kh Mubarrir abdurrohim pernah berkata sewaktu kami ngaji Imrity dulu;”kalam dan i’rob itu galihnya  atau intinya nahwu,kalau tidak faham bab kalam dan i’rob maka akan sulit memahami nahwu”.

Ya mudah-mudahan apa yang kami tulis bisa menjadi perantara bagi kawan semua mendapat pemahaman,karena yang memahamkan itu Alloh bukan kitab,bukan pula artikel ini.

Baiklah kita simak bersama pembahasan tentang bab fa’il,anggap saja tadi itu curhatan kami sebagai ungkapan rasa rindu pada alm guru kami.

Arti dari fa’il secara lughowi yaitu;

Orang yang menciptakan suatu pekerjaan(hadats) itu dikatakan fa’il,ketika  dipandang dari kacamata lughowi maka mubtada itu termasuk fa’il contoh زيد قائم karena yang menciptakan hadats atau pekerjaan qiyam(berdiri) adalah zaid.

من أوجد الفعل أي الحدث. فكل من أوجد الفعل في اللغة فهو فاعل، فحينئذٍ يشمل المبتدأ، فنحو: زيد قائم

فتح رب البرية في شرح نظم الآجرومية

Sedangkan menurut istilah ulama nahwu fa’il yaitu;

الفاعل، هو: الاسم المرفوع المذكور قبله فعله

Dalam kitab jurumiyyah dikatakan bahwasanya fa’il merupakan isim yang dibaca rofa dan sebelumnya terdapat fi’ilnya yang disebutkan.

Definisi yang simple tapi kadang bikin otak kita stress..

Terlepas dari hilaf ulama yang mengatakan fa’il itu merupakan asal dari isim yang dibaca rofa,dan ada yang mengatakan mubtada merupakan asal dari isim yang dibaca rofa,kita ga akan membahas kesana…

Ok perlu digaris bawahi bahwasanya fa’il itu merupakan;

1.Isim

Qoyyid ini mengecualikan kalimat fi’il atau jumlah.Adapun isim yang menjadi fai’l meliputi;

a).isim shorih yaitu isim yang tidak membutuhkan taw’il ketika dijadikan fa’il.isim  shorih

Isim shorih atau isim dhohir itu sendiri kadang berupa;

-isim dhohir seperti lafad;

قام زيد

Definisi isim dohir adalah;

هوما دل على مسماه بلا قيد، والقيد هو التكلم، أو الخطاب، أو الغَيبة

Yaitu sesuatu yang menunjukkan terhadap sasarannya dengan tanpa bantuan qoyyid takallum(pembicara),khitob(yang diajak bicara),atau ghoib(yang dibicarakan).

-isim dhomir

Ulama bashroh sendiri menamakan dengan kata dhomir atau mudhamar,sedangkan ulama kufah menamakan domir itu dengan kinayah atau mukna alaih.

Definisi dhomir;

هو ما دل على مسماه بقيد، وهو التكلم، أو الخطاب، أو الغيبة

Yaitu sesuatu yang menunjukkan terhadap sasarannya dengan bantuan qoyyid takallum(pembicara),khitob(yang diajak bicara),atau ghoib(yang dibicarakan),maksudnya untuk menunjukkan sasaran orang yang bernama زيد lafad هو menunjukannya dengan menggunakan qoyyid ghoib(dia=dia zaid),lafad انت  menunjukannya dengan menggunakan qoyyid khitob(kamu=kamu zaid),lafad انا menunjukannya dengan menggunakan qoyyid takallum(saya=saya zaid).

Keadaan fa’il isim dhomir adakalanya;

-dhomir bariz (nampak) yang mempunyai bentuk lafad.

ما له صورة

dhomir bariz adakalanya muttasil  seperti lafad ضربت

dan adakalanya munfashil seperti lafad  ما قام إلا أنا

Untuk penjelasan detailnya insya alloh nanti pada bab n’aat.

-dhomir mustatir (yang tidak punya bentuk)

ما ليس له صورة

Dhomir mustatir sendiri adakalanya;

– wajib disimpan seperti lafad زيدا اضرب

-jawaz disimpan seperti lafad يضرب

والحاصل أن الاسم الصريح يشمل أربعة أشياء: الاسم الظاهر كزيد، والضمير المستتر وجوبًا، والضمير المستتر جوازًا، والضمير البارز

فتح رب البرية في شرح نظم الآجرومية

b.Isim muawwal

Jenis dari isim yang berkemungkinan menjadi fa’il yaitu isim yang merupakan ta’wilan dari kalimat fi’il dengan sebab kemasukan huruf masdhariyah,jadi fa’ilnya berupa masdhar yang didapat dari mafhumnya fi’il.

Fi’il dapat dita’wil menjadi masdhar dengan perantara huruf masdhariyah أنَ وإنَّ وكي وما ولو المصدريتينِ .

contoh ;

يُعجبني أن تجتهدَ”، والتقديرُ “يُعجبني اجتهادك”.

“بلغني أنك فاضلٌ”، والتقديرُ “بلغني فضلُك”.

أعجبني ما تجتهدُ”، والتقديرُ “أعجبني اجتهادك”.

جئت لكي أتعلّمَ” والتقديرُ “جئتُ للتعلُّم

dan kay disini hanya mena’wil fi’il setelah menjadi masdar yang dijerkan dengan lam(ini tidak ada hubungannya dengan contoh fa’il,ini cuma menerangkan adat ta’wil)

وَدِدتُ لو تجتهد”، والتقدير “وَدِدتُ اجتهادَك

Dan lau hanya menta’wil fi’il setelahnya menjadi maf’ul(ini tidak ada hubungannya dengan contoh fa’il,ini cuma menerangkan adat ta’wil)

والفاعلُ المؤوَّلُ هو أن يأتيَ الفعلُ، ويكونَ فاعلُهُ مصدراً مفهوماً من الفعل بعدَهُ، نحو “يَحسُنُ أن تجتهد”.

(فالفاعل هنا هو المصدر المفهوم من تجتهد. ولما كان الفعل الذي بعد “أن” في تأويل المصدر الذي هو الفاعل، سمي الفعل مؤولاً).

ويتأوَّلُ الفعلُ بالمصدر بعدَ خمسةِ أحرف، وهي “أنَ وإنَّ وكي وما ولو المصدريتينِ”.

فالاوَّل مثل “يُعجبني أن تجتهدَ”، والتقديرُ “يُعجبني اجتهادك”.

والثاني مثل “بلغني أنك فاضلٌ”، والتقديرُ “بلغني فضلُك”.

والثالث مثل “أعجبني ما تجتهدُ”، والتقديرُ “أعجبني اجتهادك”.

والرابع مثل “جئت لكي أتعلّمَ” والتقديرُ “جئتُ للتعلُّم”. و “كي” لا يتأوَّلُ الفعل بعدها إلا بمصدرٍ مجرورٍ باللام.

والخامس مثل “وَدِدتُ لو تجتهد”، والتقدير “وَدِدتُ اجتهادَك”. “ولو” لا يتأولُ الفعلُ بعدَها إلا بالمفعول، كما رأيت.

جامع الدروس العربية.

Perlu diketahui bahwasanya huruf masdhariyah yang bisa menta’wil fi’il dalam posisi menjadi fa’il atau yang dimasukan dalam bab fa’il cuma 3 yaitu;

ما, أنَ وإنَّ

زيادة وتفصيل:
يكون الفاعل مؤولًا إذا وقع مصدرًا منسبكًا من حرف مصدري وصلته. وحروف المصادر خمسة1، لكن الذي يصلح منها للسبك في باب الفاعل ثلاثة2؛ هي: “أن” – “أن” – “ما”، المصدرية بنوعيها، مثل: يسعدك أن تعمل الخير، ويسعدني أنك حريص عليه، “أي: يسعدك عمل الخير ويسعدني حرصك عليه”

النحو الوافي

Tambahan sedikit mas bro;

Jumlah tidak boleh jadi fail karena 3 alasan:

1.Karena fail itu merupakan juz dari fiil sedangkan tidak mungkin menjadikan jumlah seperti juz,karena jumlah bisa berdiri sendiri.

2.Fail terkadang berupa dhomir dan berupa isim yang dima’rifatkan oleh AL,sedangkan mendhomirkan jumlah tidak sah dan AL tidak bisa masuk pada jumlah.

3.Sebagian juz dari jumlah mengamali atau menjadi amil pada bagian yang lain seperti fiil mengamali fail(dalam irob)sedangkan tidak sah jika fiil beramal dalam jumlah atau bagian dari jumlah tersebut karena sulit mengirakan lafad mufrod dari jumlah.

وإنَّما لم يجز أن تكون الجملة فاعلاُ لثلاثة أوجه

أحدها أنَّ الفاعل كجزء من الفعل ولا يمكن جعل الجملة كالجزء لاستقلالها

والثاني أنَّ الفاعل قد يكون مضمراً ومعرفة بالألف واللام وإضمار الجملة لا يصحُّ والألف واللام لا تدخل عليها

والثالث أنَّ الجملة قد عمل بعضُها في بعض فلا يصحُّ أنْ يعمل فيها الفعل لا في جملتها ولا في أبعاضها إذ لا يمكن تقديرها بالمفرد هنا

اللباب في علل البناء والإعراب

2.Marfu

Qoyyid ini mengecualikan manshub atau jer.Hukum asal dari fa’il memanglah dirofakan secara lafdhiyah,walaupun kadang secara lafdhiyah dijerkan sebab diidhofahkan dengan masdhar contoh

المرء fa’ilnya lafad  إكرام المرءِ أباهُ فرضٌ عليه

atau kepada idhofah dengan isim masdhar seperti hadits سَلمْ على الفقيرِ سلامَكَ على الغني fa’ilnya dhomir kaf.

atau kadang fa’il juga secara lafdhiyah dijerkan oleh huruf jer zaidah seperti ba,min atau lam.contoh;

وكفي بالله شهيداً

ما جاءَنا من أحدٍ

هَيهات هيهاتَ لما توعَدون

وجوبُ رفعه. وقد يُجَرُّ لفظاً بإضافته إلى المصدر، نحو “إكرام المرءِ أباهُ فرضٌ عليه”، أو إلى اسم المصدر، نحو “سَلمْ على الفقيرِ سلامَكَ على الغني”، وكحديثِ “من قُبلة الرجلِ امرأتَهُ الوُضوءُ”. او بالباءِ، او من، او اللاّمِ الزَّائداتِ. نحو {ما جاءَنا من أحدٍ، وكفي بالله شهيداً، وهَيهات هيهاتَ لما توعَدون}.

جامع الدروس العربية.

Tambahan sedikit mas ;

Fail diirobi rofa dikarena 4 alasan:


1.karena tujuan awalnya adalah membedakan fa’il dengan maf’ul maka dengan apa saja boleh yang penting bisa dibedakan(q kurang sreg ro pendapat iki)
2.fail itu lebih sedikit dari pada maf’ul maka fail hukumnya ringan maka diberi harokat yang berat yaitu dhommah dan fathah diberikan pada maf’ul biar seimbanglah biasa alasan seperti ini dalam nahwu mah.
3.fail itu lebih kuat dari maf’ul dimana fail itu sesuatu yang wajib bagi fiil maka tidak boleh membuangnya.makanya diberi harokat yang kuat yaitu dhomah karena fail juga kuat.
4.fail lebih dahulu daripada maf’ul baik dalam lafadnya atau maknanya karena fiil keluar dari fail sebelum sampai pada maf’ul,oleh karena itu diberi harokat yang awal yaitu dhomah.


وإنَّما أعرب الفاعل بالرفع لأربعة أوجه أحدها أنَّ الغرض الفرق بين الفاعل والمفعول فبأيِّ شيْ حصل جاز
والثاني أنَّ الفاعل أقلُّ من المفعول والضمُّ أثقل من الفتح فجعل الأثقل للأقلِّ والأخف للأكثر تعديلاً والثالث أنَّ الفاعل أقوى من المفعول إذا كان لازماً لا يسوغ حذفه والضَّمة أقوى الحركات فجعل له ما يناسبه
والرابع أنَّ الفاعل قبل المفعول لفظاً ومعنى لأنَّ الفعل يصدر منه قبل وصوله إلىالمفعول فجعل له أوَّل الحركات وهو الضَّمّة

اللباب في علل البناء والإعراب

Untuk hukum fa’il selanjutnya bersambung pada artikel selanjutnya,biar para membaca tidak jenuh dan cape ,,,,,,sampai ketemu di artikel fa’il part 2.